Sering kali kita baru menyadari pentingnya kesehatan ketika kita jatuh sakit. Kesehatan tidak hanya soal fisik, tetapi juga mental. Keseimbangan antara keduanya harus senantiasa dijaga. Tertekan atau stres yang berkelanjutan dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga. Demikian juga, ketidakharmonisan dalam keluarga dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Beban ekonomi yang semakin berat juga mempengaruhi ketidakharmonisan dalam rumah tangga, bahkan berujung pada perceraian. Anak-anak dari keluarga broken home sering kali kurang perhatian dan kasih sayang, yang dapat memicu stres dan depresi.
Seperti hipotesis Ibnu Sina, kondisi mental berpengaruh pada ketahanan fisik: “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan.”
Rasulullah saw. mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik, dengan hati sebagai pusatnya: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Menerima Perasaan yang Hadir
“Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2): 155)
Allah dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh dengan ujian, termasuk emosi seperti cemas dan takut. Kisah-kisah para nabi menunjukkan bahwa Allah mengakui dan menerima emosi sulit kita. Nabi Ya’kub, misalnya, menangis terus-menerus hingga buta karena kehilangan putranya, Yusuf.
Syukur Nikmat
“Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian, sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allah yang Allah berikan kepada kalian.” (HR. Muslim).
Kurang bersyukur dapat memburuk kesehatan mental. Membandingkan diri dengan orang lain adalah tanda kurang bersyukur. Nabi SAW mengingatkan kita untuk melihat ke “bawah,” bukan ke “atas”. Sambutlah setiap kenikmatan, bahkan yang kecil, dengan penuh syukur.
Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Teman
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus (10): 57)
Al-Qur’an penuh dengan kisah inspiratif, pengingat, dan petunjuk hidup. Surah ad-Dhuha, misalnya, diturunkan untuk menenangkan Nabi SAW dan memberikan harapan kepada orang beriman. Membaca, menghafal, dan menerapkan Al-Qur’an akan memberikan manfaat besar bagi kehidupan kita.
Dengan menjaga kesehatan mental dan fisik melalui panduan Islam, kita dapat membangun keluarga yang sehat dan harmonis. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang penuh syukur dan sehat dalam segala aspek kehidupan. (ks)