Memaafkan…… Siapa Takut?

Memaafkan…… Siapa Takut?
Daftar Isi:

Ramadhan telah berlalu menuju Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya merupakan hari merayakan kemenangan setelah berjuang melawan lapar, dahaga dan hawa nafsu pada diri sendiri. Sejatinya yang terakhir ini yang paling berat.

Hawa nafsu yang harus ditahan ketika puasa salah satunya amarah dan yang harus diluaskan adalah pintu maafkita. Orang yang telah usai menjalankan puasa Ramadhan, namun belum bisa memaafkan kesalahan orang lain maka ia termasuk orang yang merugi. Ketika Ramadhan kita di sarakan untyk membaca doa “Allahumma Innaka Afuwwun Tuhibbul Afwa Fa’fu Anni”. Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku.”

Doa ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Kenyataannya memaafkan lebih sulit daripada meminta maaf. Ada banyak individu yang belum tau bagaimana memaafkan, sampai usia dewasa sekalipun. Dia lebih memilih melupakan daripada memaafkan. Akibatnya, rasa marak karena perlakuan yang diterimanya masih membekas dan siap meledak kapan saja. Tindakan kekerasan yang terjadi belakangan ini bisa jadi akibat api dendam karena belum memaafkan.

Oleh karena itu, sebagai orang tua kita perlu mengajarkan pada anak kita bagaimana memaafkan. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengajarkan anak bagaimana memaafkan:

  1. Bermain Peran. Kamu dapat mengajarkan anak dengan mengajak mereka bermain peran dari boneka tongkat.Buat sendiri boneka tongkat dari stik es krim yang ditempeli karakter atau wajah ayah, ibu, dan anak. Gunakan itu untuk menceritakan sebuah kisah yang bisa membantu anak memahami tentang apa itu memaafkan.
  2. “Membersihkan” Hati. Berikutnya, kamu bisa memotong kertas berbentuk hati dan mencoret-coret permukaannya. Berikan kepada anak dan minta ia membersihkan noda coretan di kertas tersebut menggunakan penghapus. Setelah itu, sampaikan nasihat bahwasannya penting baginya untuk menghapus noda di hatinya yang kotor karena membenci orang lain. Menghapus noda di kertas itu ibarat membersihkan kebencian dan mulai memaafkan kesalahan orang lain.
  3. Memberikan Hadiah. Minta anak membungkus kado dengan kotak kosong dan menghiasnya. Kemudian, jelaskan padanya bagaimana memaafkan itu seperti sebuah hadiah yang hanya diberikan kepada seseorang. Minta ia membayangkan betapa bahagianya perasaan temannya jika menerima hadiah tersebut.
  4. Berjalan dengan Sepatu Orang Lain. Berikan anak sepasang sepatu yang bukan miliknya, lalu minta ia berjalan sebentar. Jelaskan padanya betapa sulitnya berjalan dengan sepatu yang bukan miliknya karena ukurannya tidak sesuai. Aktivitas ini mengajarkan pada anak untuk memahami sudut pandang orang lain. Di sini ia akan belajar kalau ia mungkin merasa tidak nyaman jika berada di posisi orang lain. Dengan begitu mereka bisa memahami perasaan temannya dan mencoba memaafkan.
  5. Olahraga Senyum. Lakukan olahraga senyum dengan memainkan peran, di mana satu anak kasar dengan anak yang lain, tetapi anak yang dikasari hanya boleh menanggapinya dengan senyum. Senyum dapat mendatangkan keajaiban, bisa menghilangkan kekecewaan, sakit hati, dan mengubah sikap yang kasar menjadi lembut.

Selain ke lima hal diatas orang tua juga bisa mengajarkan beberapa hal berikut untuk mengajarkan memaafkan pada anak:

  1. Beri contoh cara memaafkan. Orang tua adalah contoh terbaik untuk meminta maaf dan memaafkan. “Nak, maaf, ya, Mama merusak gambarmu. Tadi Mama nggak sengaja menumpahkan jus buah di atas gambarmu. Maaf, ya, Sayang.” Anak-anak terutama balita sangat mudah memaafkan dan ia akan meniru orang tuanya untuk meminta maaf. Itu sebabnya, Anda pun harus bisa memaafkan si kecil ketika ia tidak sengaja merusak barang milik Anda. Berikan maaf dengan tulus, karena anak juga tak pernah menghitung kesalahan Anda terhadap dirinya.
  2. Berikan alasan mengapa harus memaafkan. Alasan kenapa ia harus memaafkan temannya perlu Anda kemukakan kepada anak. Kalau Anda meminta anak memaafkan orang lain usai mereka minta maaf kepadanya, ia pasti bingung. Berikan penjelasan sederhana, seperti, “Mungkin temanmu tidak sengaja menendang bola ke arahmu. Yuk, kita tanya saja kenapa ia melakukan itu.” Jelaskan juga bahwa usai ia memaafkan, ia tidak akan merasa marah lagi.
  3. Ajari ungkapkan perasaan kepada orang lain. Ajari anak berterus terang kepada orang yang membuat ia sakit hati. Anda bisa jelaskan bahwa cara ini dipakai agar orang itu tahu apa yang dirasakan oleh anak Anda saat ini. “Katakan kepada teman kamu, jika kamu tidak suka dan marah karena didorong-dorong”. Anak sekaligus belajar berani mengemukakan pendapatnya kepada orang lain.
  4. Tumbuhkan empati. Cara terbaik untuk membuat si kecil mau memaafkan adalah menumbuhkan empatinya. Misalnya, ketika ia mau memukul teman bermainnya karena kesal tidak boleh meminjam mainannya. Saat si kecil meminta maaf, temannya tidak mau memaafkan dan tidak mau mengajak main bersama. Tanyakan kepadanya, “Bagaimana perasaanmu?” Jika si kecil menjawab sedih, maka katakan bahwa itu yang juga akan dirasakan oleh temannya, jika ia tidak mau memberi maaf.
  5. Berikan toleransi waktu. Setiap kali ada anak lain menyakiti atau minta maaf kepada si kecil, saat itu juga Anda menghampirinya, mengingatkan ia untuk memaafkan. Si kecil harus diingatkan untuk memaafkan agar ia tidak lupa. Namun berikan juga ia toleransi waktu. Ia butuh waktu untuk bisa memberi maaf dengan tulus tanpa terpaksa. Daripada memaksa, sebaiknya cari tahu apa yang membuat anak tidak mau atau menolak memaafkan. Bila ia sudah siap, orang tua bisa jadi perantara untuk membantu anak memaafkan dan mendamaikan mereka.
  6. Beri pujian, bila anak berhasil memaafkan. Pujian merupakan motivasi besar bagi anak untuk mengulangi tindakan memaafkan orang lain. Bila si kecil tidak juga berhasil melakukannya, Anda tetap bisa memberikan pujian yang sifatnya mendorong anak agar bisa melakukannya di kemudian hari. Misalnya, “Tidak apa, Nak. Kamu tetap kebanggaan Mama. Tapi Mama akan lebih bangga lagi, kalau besok kamu sudah mau memaafkan temanmu, ya.”

Demikian beberapa tips yang bisa diterapkan untuk melatih anak memaafkan. Semoga kita senantiasa menjadi orang tua yang bisa menjadi teladan bagi anak. Aamiin

Bagikan Kebaikan Ini Melalui:
WhatsApp
Facebook
Twitter
Telegram
LinkedIn