Kemenangan Haqiqi dari Sikap Saling Memaafkan

Daftar Isi:

Kemenangan Spiritual

Kemenangan seringkali dikaitkan dalam masa peperangan atau selesainya masa ujian dalam kurun waktu tertentu. Bagi orang islam, kemenangan secara harfiah dapat diartikan bukan hanya mengalahkan orang lain saja, namun mengalahkan hawa nafsu sendiri dari aturan-aturan yang ditetapkan oleh syariat, dapat diartikan sebagai sebuah kemenangan yang sejati. Hari raya idul fitri juga seringkali disebut sebagai hari kemenangan. Selama sebulan penuh, manusia yang memilih untuk jalan “muslim” telah melewati kewajiban yang ditentukan. Mulai menahan diri tidak makan dan minum sampai membayar kewajiban dari harta yang dimiliki untuk orang-orang yang berhak menerimanya.

Tradisi Halal bi Halal

Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri digunakan sebagai tradisi menyambung silaturahmi. KH. Wahab Hasbullah pada tahun 1970-an membuat istilah “Halal bi Halal” dalam momen hari raya Idul Fitri. Beliau membuat tradisi tersebut sebagai bentuk rekonsiliasi atau perbaikan hubungan antara sesama anggota keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja setelah melewati masa-masa Ramadhan yang penuh berkah. Masih dalam pandangan beliau, tradisi “Halal bi Halal” merupakan bentuk implementasi dari ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling memaafkan, saling membantu, dan saling menghormati antar sesama manusia. Oleh karena itu, beliau terus mempromosikan dan mengajarkan tradisi halal bi halal di masyarakat Indonesia sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan memperbaiki hubungan antar sesama.

Silaturahmi atau anjangsana yang dilakukan dalam tradisi islam di Nusantara dapat bernilai tinggi apabila antar manusia yang saling bertemu memaafkan satu sama lain. Hal ini sesuai dalil yang dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Fushilat ayat 34, “Dan balaslah kejahatan dengan kebaikan. Maka orang yang menjadi musuhmu akan menjadi seperti teman yang setia.” Ayat ini mengajarkan pentingnya memaafkan orang lain dan merespons kejahatan dengan kebaikan. Dalam Islam, orang yang mampu memaafkan dan merespons dengan kebaikan dianggap sebagai orang yang lebih baik.

Pada dasarnya, memaafkan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, memaafkan bahkan dianggap sebagai suatu keutamaan yang sangat dihargai. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Namun, pada kenyataannya, memaafkan tidaklah semudah itu untuk dilakukan. Terkadang kita sulit untuk menghilangkan rasa sakit atau kekecewaan yang muncul ketika seseorang telah menyakiti atau mengecewakan kita. Namun, jika kita membiarkan perasaan tersebut terus menguasai kita, maka hal itu hanya akan membuat kita semakin menderita.

Oleh karena itu, momen Idul Fitri seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk merenungkan kembali nilai-nilai Islam, terutama tentang memaafkan. Kita harus mengingat bahwa manusia tidaklah sempurna dan semua orang pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Memaafkan tidak berarti kita mengesampingkan kesalahan tersebut, namun memaafkan berarti kita memilih untuk tidak membawa rasa sakit dan kebencian dalam hati kita dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri.

Kesempatan Memperbaiki Hubungan

Selain itu, momen Idul Fitri juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang rusak antar sesama. Jika kita memiliki konflik atau perselisihan dengan orang lain, momen Idul Fitri dapat menjadi kesempatan untuk memulai kembali hubungan tersebut dengan sikap yang lapang dada dan keikhlasan hati.

Tentunya, memaafkan tidaklah mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Namun, jika kita mampu memaafkan orang lain, maka kita akan merasakan sebuah kelegaan yang sangat besar dalam hati kita. Selain itu, dengan memaafkan orang lain, kita juga akan memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits, “Barangsiapa yang memaafkan kesalahan saudaranya, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala yang besar dan kemurahan dari-Nya.”

Rasulullah memberikan rambu-rambu kepada umatnya agar tidak membalas perilaku orang lain yang zalim kepada kita. Kalau kita mengkaji Al Quran surat Ibrahim ayat 42-43, Allah menerangkan bahwa, “Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lalai akan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim. Sungguh, Allah memberi tangguh kepada mereka sampai datang hari yang mereka dijanjikan. Maka tatkala datang hari itu, mereka yang zalim itu tidak lagi memperoleh manfaat dari tangguhannya dan tidak pula mendapat pertolongan.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak melupakan perbuatan zalim yang dilakukan oleh orang lain, namun Allah memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperbaiki hubungan dengan orang tersebut.

Kesempurnaan dalam Memaafkan

Allah SWT menyatakan bahwa akan membuka pintu rahmat bagi hamba-Nya yang beriman. Niat baik yang dilakukan tidak akan selalu sesuai dengan hasil yang diharapkan. Namun dalam islam ada kehidupan selain di dunia ini, yakni di alam Akhirat. Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan memberikan balasan yang setimpal bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal sholeh. Balasan tersebut bisa berupa kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT mengajarkan kepada manusia lewat Rasulullah SAW bahwa beriman dan mengikuti jalan yang lurus adalah kunci untuk mendapatkan rahmat dan kebahagiaan dari-Nya. Oleh karena itu, sebagai hamba-hamba-Nya yang beriman, kita harus selalu mengikuti ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk selalu beramal sholeh. Lembaran baru di Idul Fitri bisa di jadikan momentum manusia untuk mendapatkan kemenangan yang haqiqi di mata Allah SWT dengan cara saling memaafkan antar umat manusia.

Bagikan Kebaikan Ini Melalui:
WhatsApp
Facebook
Twitter
Telegram
LinkedIn