INSAN MANDIRI – Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu. Dengan pendidikan yang berkualitas, seorang anak memiliki peluang untuk mengembangkan potensi dirinya, mewujudkan cita-citanya, dan berkontribusi pada kemajuan masyarakat. Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pribadi, tetapi juga merupakan fondasi kesejahteraan bagi suatu keluarga.
Namun, di Indonesia, masih banyak kendala yang menghambat akses pendidikan, terutama pada tingkat menengah atas hingga perguruan tinggi. Salah satu hambatan utama yang umum dan klasik adalah masalah biaya. Banyak orang tua yang berharap anak-anak mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun keterbatasan ekonomi seringkali menjadi penghalang.
Sebagai contoh, ketika Program Implementator Insan Mandiri, Handika, menemui seorang penjahit lepas usia parubaya yang menceritakan keinginannya agar anaknya melanjutkan ke SMP Negeri karena biayanya lebih terjangkau. “pengen saya ya anak saya setelah dari SD Negri ya lanjut ke SMP Negri pak,” dan ketika Handika menanyakan alasanya, ternyata karena sekolah negeri lebih terjangkau dibandingkan sekolah swasta. Namun itupun jika si anak bisa masuk, karena sekolah SMP Negri tersebut merupakan satu-satunya SMP Negri diwilayah tersebut. “Kakaknya yang pertama, Alhamdulillah sekarang masuk kuliah pak tahun ini, cuman saya infokan bahwa Bapak ndak bisa bantu banyak ke Putri saya, harus mandiri, sambil kerja, karena Bapak ya kerjanya sekarang sepi untuk menjahit,” , imbuh si Bapak kepada Handika.
Dari survei yang dilakukan oleh tim Insan Mandiri, menunjukkan bahwa 80% wali murid ingin anak-anak mereka melanjutkan di sekolah negeri karena pertimbangan biaya dan jarak. Sisanya ada yang menginginkan anaknya untuk masuk ke Pondok Pesantren atau sekolah yang memiliki muatan agama islam lebih banyak.
Kepala Sekolah Dasar Negeri juga memberikan gambaran bahwa sebagian besar wali murid kesulitan membeli buku dan merasa berat menghadapi biaya kegiatan Out Day Learning (ODL). Seorang guru negeri menambahkan bahwa biaya masuk sekolah menengah atas di sekolah negeri favorit bisa mencapai puluhan juta rupiah, belum termasuk iuran bulanan dan tahunan.
Kondisi ini mencerminkan realitas sulitnya akses pendidikan di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Harga pangan yang terus meningkat dan PHK pekerjaan membuat kalangan bawah semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Beberapa orang bahkan terpaksa menjual barang atau mengajukan pinjaman online, menjerat mereka dalam lingkaran utang yang sulit untuk keluar.
Untuk mengatasi kesulitan ini, Yayasan Insan Mandiri merespon dengan membentuk program Iman Scholarship. Melalui program ini, banyak wali murid dari kalangan dhuafa mendapatkan bantuan pendidikan untuk tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas. Program ini mencakup sebagian besar kecamatan di Sidoarjo dan bahkan mencapai pelosok.
Salah satu contoh penerima manfaat adalah Muhammad Reyhan Sastra Hadiwijaya, yang bertempat tinggal di perumahan Bumi Mentari sejahtera kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Walaupun berlokasi diperumahan, namun sebetulnya rumah keluarga Reyhan sudah tidak layak huni. Atap yg jebol karena kayu sudah banyak dimakan rayap, hingga banjir yang sudah menjadi langganan disaat musim penghujan tiba. Ibu Reyhan, Winarsih, saat ini berjualan es, gorengan dan camilan ana-anak didekat rumahnya untuk mencari penghasilan. Kini putranya sudah menginjak kelas tiga sekolah dasar. Sang Ibu menuturkan bahwa selepas kepergian suaminya, ia harus berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan putranya sekolah. Allhamdulillah, sekarang Reyhan menerima bantuian Iman Scholarship, sehingga dapat meringankan beban sang ibu. Bantuan ini digunakan untuk pembelian buku, peralatan sekolah, dan seragam yang sudah tidak layak. Bu Winarsih mengucapkan terima kasih kepada para donatur Yayasan Insan Mandiri dan berdoa semoga segala hajat mereka diijabah oleh Allah.