Masa depan bangsa adalah milik mereka yang berani bermimpi, meski dalam keterbatasan. Itulah semangat yang terpancar dari wajah ceria delapan anak luar biasa penerima IMAN Scholarship di Ma’had An Nur. Beasiswa ini telah membuka jalan bagi mereka untuk terus belajar, menggapai cita-cita, dan membangun kehidupan yang lebih baik. Di bawah ini, kita akan mengenal lebih dekat kisah inspiratif mereka yang penuh perjuangan dan harapan.
Muhammad Rofiuddarojat: Hafidz Quran dengan Cita-Cita Besar
Usia: 17 Tahun | Asal: Dlanggu, Mojokerto | Cita-cita: Pendakwah dan Hafidz Quran. Rofiuddarojat adalah anak sulung dari empat bersaudara yang tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai petani, sementara ibunya seorang penjahit. Keluarga mereka sering menghadapi tantangan ekonomi, terutama karena harus membiayai pendidikan keempat anaknya.
Meski hidup dalam keterbatasan, Rofiud memiliki mimpi besar. Saat ini, ia telah menghafal lima juz Al-Qur’an dan bertekad menyelesaikan hafalannya sebelum kelulusan. Namun, perjalanan ini tidak mudah baginya. “Kadang saya malas atau teringat keluarga di rumah, jadi sulit fokus belajar,” ungkapnya jujur. Untuk mengatasi hal ini, Rofiud terus berusaha mencari teman-teman yang bisa memotivasi dirinya.
IMAN Scholarship memberinya kesempatan untuk belajar tanpa memikirkan biaya. “Beasiswa ini sangat membantu saya dan keluarga. Saya ingin berterima kasih kepada donatur yang telah mendukung pendidikan saya. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan rezeki yang berkah,” ujarnya penuh syukur.
I Dewa Rai Juliatra dan I Dewa Raka Juliatra: Anak Kembar yang Gigih Menimba Ilmu
Usia: 13 Tahun | Asal: Surabaya | Cita-cita: Pengusaha dan Ustaz. Rai dan Raka adalah anak kembar yang tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayah mereka bekerja sebagai sopir, sementara ibu mereka adalah ibu rumah tangga. Meski dengan penghasilan terbatas, orang tua mereka tidak pernah berhenti mendukung pendidikan anak-anaknya.
Rai, sang kakak, bercita-cita menjadi pengusaha sukses. “Saya tahu belajar Nahwu Shorof itu sulit, tapi saya terus berusaha karena ingin membanggakan keluarga,” ujarnya. Di sisi lain, Raka memiliki impian menjadi seorang ustaz yang berdakwah untuk umat.
Melalui IMAN Scholarship, beban keluarga mereka menjadi lebih ringan. “Terima kasih kepada para donatur yang telah membantu kami. Dengan beasiswa ini, saya bisa belajar dengan lebih fokus,” kata Rai. Raka pun menambahkan, “Semoga para donatur selalu sehat dan diberkahi rezekinya.”
Muhammad Rizky Illah: Anak Penjual Bakso dengan Tekad Membanggakan Orang Tua
Usia: 13 Tahun | Asal: Sedati, Sidoarjo | Cita-cita: Orang Sukses yang Membantu Orang Tua. Rizky adalah anak seorang penjual bakso yang tinggal di Sidoarjo. Meski sering rindu dengan orang tuanya saat mondok di Ma’had An Nur, Rizky tidak pernah kehilangan semangat. Ia selalu ingat pesan ayah dan ibunya untuk belajar dengan tekun demi masa depan yang lebih baik.
“Berkat IMAN Scholarship, keluarga saya tidak lagi terbebani biaya pendidikan saya. Saya ingin sukses supaya bisa membantu mereka kelak,” ujar Rizky dengan mata berbinar. Ia juga berharap agar para donatur yang telah membantunya senantiasa dilindungi oleh Allah dan dilimpahi rezeki.
Ochabilla Rahmadhani Putri: Calon Guru Agama yang Tangguh
Usia: 15 Tahun | Asal: Surabaya | Cita-cita: Guru Agama. Ocha adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kehidupan keluarganya berubah drastis setelah ayahnya meninggal. Ibunya, seorang ibu rumah tangga, mengandalkan kakaknya untuk menopang kebutuhan sehari-hari.
Ocha bercita-cita menjadi guru agama, sebuah profesi yang menurutnya mulia. “Saya ingin mempelajari semua ilmu agama dan menyebarkannya,” katanya penuh semangat. Tantangan terbesar baginya adalah melawan rasa malas, tetapi ia yakin bahwa dengan usaha dan doa, ia bisa mencapai cita-citanya.
“Beasiswa ini sangat membantu keluarga saya. Terima kasih kepada para donatur yang telah peduli terhadap pendidikan saya,” ungkap Ocha dengan rasa syukur.
Fina Ilmiyah Amaliyah: Mengikuti Jejak Ibu Sebagai Guru
Usia: 15 Tahun | Asal: Mojokerto | Cita-cita: Guru. Fina tumbuh dalam keluarga sederhana setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya, seorang guru TK, menjadi satu-satunya pencari nafkah untuk menghidupi tiga anaknya.
Fina bermimpi mengikuti jejak ibunya sebagai seorang guru yang berdedikasi. Namun, ia tahu bahwa mimpi itu memerlukan usaha besar, terutama karena keterbatasan finansial keluarganya. “Beasiswa ini sangat berarti bagi saya. Terima kasih kepada para donatur yang telah membantu mewujudkan mimpi saya,” ujarnya.
Meilina Zilvana Putri: Calon Dokter dengan Semangat Tinggi
Usia: 14 Tahun | Asal: Mojokerto | Cita-cita: Dokter. Meilina adalah anak bungsu dari empat bersaudara yang kehilangan ayahnya sejak kecil. Ibunya bekerja di rumah makan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Meski hidup sederhana, Meilina memiliki mimpi besar menjadi seorang dokter.
“Berkat IMAN Scholarship, saya bisa lebih fokus belajar. Saya ingin berterima kasih kepada donatur yang telah membantu saya dan keluarga,” kata Meilina dengan penuh semangat.
Fazza Aulia Primestry: Berjuang untuk Membahagiakan Orang Tua
Usia: 14 Tahun | Asal: Sidoarjo | Cita-cita: Pendakwah. Fazza adalah anak tunggal yang kehilangan ayahnya saat masih SD. Ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan mereka. Meski banyak tantangan, Fazza selalu berusaha berpikir positif dan tidak menyerah.
“Saya ingin membahagiakan ibu dan menjadi pendakwah yang membawa manfaat untuk banyak orang,” ungkapnya. Fazza juga sangat bersyukur atas bantuan beasiswa yang diterimanya, yang membuatnya bisa terus belajar tanpa kendala biaya.
Muhammad Jalalludin Andra Kurniawan: Calon Ulama yang Tangguh
Usia: 15 Tahun | Asal: Mojokerto | Cita-cita: Ulama. Jalalludin adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setelah ayahnya meninggal pada tahun 2019, keluarganya harus berjuang untuk bangkit. Ibunya yang berdagang kelontong kini menjadi tumpuan keluarga.
Jalalludin bercita-cita menjadi ulama yang membawa perubahan baik bagi umat. “Saya sangat berterima kasih kepada donatur yang telah membantu pendidikan saya. Beasiswa ini sangat berarti bagi saya dan keluarga,” tuturnya.
Semangat Bersama untuk Masa Depan
Kisah delapan anak penerima beasiswa IMAN Scholarship ini hanyalah sebagian kecil dari ribuan anak Indonesia yang memiliki mimpi besar di tengah keterbatasan. Mereka adalah bukti bahwa pendidikan bukan sekadar hak, melainkan kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik. Dengan tekad dan semangat luar biasa, anak-anak ini terus berjuang melawan segala rintangan demi membangun kehidupan yang lebih cerah bagi mereka, keluarga, dan bangsa.
Namun, perjuangan mereka tidak dapat berdiri sendiri. Dibutuhkan uluran tangan dari kita semua untuk memberikan kesempatan yang setara bagi anak-anak seperti Rofiuddarojat, Ocha, dan Jalalludin. Bantuan Anda melalui program IMAN Scholarship akan menjadi lentera yang menerangi jalan mereka. Setiap rupiah yang Anda donasikan akan membantu menyediakan biaya pendidikan, perlengkapan belajar, dan kebutuhan sehari-hari agar mereka dapat belajar dengan tenang dan fokus mengejar cita-cita.
Bayangkan dampak besar yang bisa tercipta dari kontribusi kecil Anda. Anda tidak hanya membantu mereka mengenyam pendidikan, tetapi juga ikut membangun generasi masa depan yang cerdas, berakhlak, dan penuh potensi. Setiap donasi adalah langkah nyata dalam memutus rantai kemiskinan dan mengubah hidup anak-anak yang penuh harapan ini.
Bersama kita bisa menciptakan perubahan. Ayo, bergabunglah dalam misi mulia ini. Jadilah bagian dari cerita penuh inspirasi, di mana Anda turut membangun mimpi anak-anak bangsa.
Donasikan sekarang melalui program IMAN Scholarship. Uluran tangan Anda adalah harapan baru bagi mereka yang membutuhkan, dan kebaikan Anda akan menjadi amal jariyah yang tak terputus. Mari bergerak bersama untuk masa depan yang lebih baik. Setiap langkah kecil Anda berarti besar bagi masa depan mereka.